Sabtu, 01 Februari 2014

The journey 1 (TA city)

Pukul 22.20, dI iringi hujan yang rintik plus hawa dingin yang rada mengusik tidak menyurutkan tujuan dua pemuda lajang itu untuk melakukan perjalanan menuju kota Tulung Agung, setelah diantar salah satu keponakan dari pemuda tersebut untuk mencari bus patas malam antar kota.
"ndak usah ditunggu le, langsung pulang ae, keburu tengah malam, bahaya" pesan Sin kepada Bagus keponakannya, dan benar saja, belum ada 5menit keponakannya pergi, salah satu bus patas malam sudah berhenti menawari tumpangan. Dengan bergegas mereka pun naik.
"ahhh...lumayan kosong, mayanlah..." batin kami ketika masuk dalam bus.
Diiringi iringan OM Sonata yang mendendangkan lagu koplo dangdut, perjalanan terasa tidak begitu senyap dan.hambar.
Satu per satu terminal lokal terlalui, sang kondektur juga masih wira wiri meminta ongkos penumpang.
Sekitar pukul 03.00wib kami tiba di kota Kertosono, tepatnya di daerah Abrakan kami turun, sejenak kami merilekskan tubuh kami dengan segelas teh manis hangat dan camilan sembari menunggu bus transit yang akan membawa kami melanjutkan perjalanan ke tujuan utama kami. Setelah beberapa saat kami beristirahat, dan membayar minuman serta makanan yang tadi kami santap, kami lanjutkan perjalanan kami, selama kurang lebih 1,5jam perjalanan lagi waktu yang harus kami tempuh untuk sampai di daerah tujuan kami di Tulung Agung, masih melewati beberapa kota lagi untuk bisa sampai ke daerah tersebut.
Perjalanan saya yang pertama kali dan juga merupakan nostalgia bagi saya menggunakan transportasi umum berupa bus antar kota, setelah sekitar 9tahun saya tidak pernah merasakan nyaman nya transportasi itu. Agak canggung dan bingung juga, karena itu saya cuman pasrah dengan teman saya yang juga merupakan pemandu saya nanti setibanya di kota Tulung Agung. Setelah sekian lama akhirnya kami sampai juga di terminal terakhir tujuan kami, terminal Tulung Agung, belum begitu sempurna memang karena memang masih proses rehabilitasi, bisa saya bayangkan betapa gagah dan berkesan berkelas nantinya terminal tersebut, didampingi gedung dinas perhubungan yang baik dan tidak berkesan seperti kebanyakan gedung dinas di kota kelahiran saya.
Sambil menunggu jemputan dua orang teman dari teman saya, kami coba merilekskan tubuh sembari menikmati.geliat aktivitas pagi para pahlawan rumah tangga dan para pelajar yang lalu lalang menuju ke tempat aktivitas mereka masing-masing. 15menit berlalu, dua pemuda berkesan urakan dan no comment pun datang menghampiri kami, Rio dan Yopi begitulah sapaan akrab bagi dua pemuda ini, setelah selesai babibu..kami lanjutkan perjalanan menuju tujuan terakhir kami dengan motor, kesan pemuda slenge'an semakin terlihat dari cara mereka mengemudikan kendaraan bermotor mereka, sembari ketawa sendiri dalam hati melihat tingkah dua pemuda ini, kucoba nikmati pemandangan baru di kota asing yang baru pertama ku kunjungi, WOW...kesan pertama saya dalam hati, pemandangan gunung-gunung dan bangunan serta tumbuhan hijau yang terpampang disepanjang perjalanan membuat saya begitu tertarik dan tanpa sengaja membuat saya mendesah kagum dan syukur akan ciptaan Tuhan yang indah ini. Beberapa gunung atau bukit, saya kurang paham bagaimana masyarakat lokal menyebutnya mengingatkan saya akan pemandangan gunung-gunung yang hanya bisa saya lihat di film-film vietnam, china dan korea. Bongkahan batu marmer yang indah tapi menampilkan kesan angkuh bertebaran di sepanjang perjalanan, sebagian besar warga setempat memang bermata pencaharian sebagai pengrajin batu marmer. Tiba di Kecamatan Campur Darat sekitar pukul 07.00WIB, sebelum menuju persinggahan temanku Erlang, kami singgah dulu di warkop Mbah Poer untuk sekedar melepas lelah dan meneguk susu hangat, dan sepertinya tempat tersebut menjadi base warga disekitar situ, khususnya para pemuda, karena benar saja, banyak pemuda yang singgah disitu untuk mengobrol dan pesan minuman serta jajanan pendamping.

TLAGI DHUWUR & TLAGI NGISOR.




Segera kami ke persinggahan keluarga pak Min, panggilan akrab buat ayah kandung Erlang, sambutan cukup hangat terlontar seperti kebanyakan warga di negara ini kepada para tamunya. Setelah kami saling sapa dan sedikit perkenalan, kuletakkan tas ransel ku, rebahan sebentar dan menggumamkan rasa syukur karena telah diberi keselamatan.
Mulai menjelang agak siang, bingung juga mau apa, karena memang saya sangat asing dengan daerah ini, mulai terasa bosan juga, mondar-mandir keluar masuk rumah karena bingung..sampai akhirnya Erlang menawari ku untuk mengunjungi suatu tempat bernama Tlagi Dhuwur.."habis dhuhur kita ke Tlagi" kata Erlang, bingung bercampur imajinasi mengusik, "tlagi? pasti suatu tempat dengan panorama hamparan air...." batinku..."manut lah" jawabku "jauh ndak bro"...."cuman deket situ..ndak sampai 15menit"
Lepas dhuhur kami berangkat, tiba di Tlagi juga akhirnya...pemandangan pertama yg ku perhatikan adalah tempat teduh yang begitu nyaman meskipun sedang mengalami musim panas yang menggila, karena.tempat tersebut penuh dengan pohon besar yang rimbun, sehingga begitu basah dan segar ketika berada dibawahnya. Disitu juga terdapat sebuah kandang tempat rusa...terdapat beberapa rusa disitu, tapi sayang, keberadaan rusa disitu seperti tidak dirawat, kasihan memang, mungkin pihak warga lokal serta pemda musti lebih perhatian lagi dengan margasatwa, karena mereka juga makhluk hidup..kulanjutkan lagi melihat lingkungan tempat tersebut, beberapa kolam serta tempat untuk istirahat dibuat disitu untuk mempermanis suasana meski alam sudah memberikan keindahannya secara alami, semakin agak kedalam kudapati sebuah sendang yang konon air nya tidak pernah habis meski musim kering panjang..."oooo...ini ya Tlagi Dhuwur?" tanyaku...."iya bro, kalau yang Tlagi Ngisor ada disamping rumah" jawab Erlang.
Kulanjutkan saja menikmati suasana alam yang tersaji indah itu sambil mengambil beberapa foto buat moment kalau saya pernah berkunjung kesitu..
Dirasa hari sudah memasuki waktu Ashar kami pindah ke Tlagi Ngisor, dan benar saja, letaknya cuman ada disebelah rumah, agak sama cuman di Tlagi ngisor letaknya di pinggir jalan utama serta cuman ada pohon beringin yang menaungi air sendang dan sudah dibangun bangunan seperti system pengairan, karena mau dijadikan PDAM menurut warga sekitar, jadi kesan alaminya sudah mulai agak hilang dan berbeda dengan Tlagi Dhuwur.
Saya dan teman saya duduk mengobrol disitu, hingga tanpa direncanakan beberapa teman Erlang pun berdatangan dan ikut mengobrol, Endro, Yopi, Rio, Erlang, dan saya...larut dalam obrolan tak berarah...namun saya cukup jadi.penyimak, karena memang tidak paham dengan tema apa yang mereka obrolkan..
Menjelang maghrib kami berpencar kembali ke kediaman masing2...duduk diteras sambil memperhatikan orang2 lalu lalang dijalan, dan kemudian rebahan dikamar sambil menunggu bergantinya hari.

STASIUN, TAMAN KOTA & PERPUSDA




Hari kedua pun datang, dengan rencana berkunjung ke stasiun untuk mengecek jadwal kereta ke Malang, karena memang saya berencana mampir ke Malang ketempat teman mantan kuliah dulu..setelah sebelumnya dia tahu saya ada Tulung Agung dan meminta saya untuk mampir disana..saya rasa juga tidak masalah lah..ndak setiap bulan juga menurutku, dan sekalian silaturahmi.
Siang hari kami di stasiun, bingung meneror, karena memang sudah lama saya tidak menggunakan dan tahu tatacara nya untuk memperoleh tiket..duduk sebentar sambil menyaksikan beberapa orang yang mengantri beli tiket, bukannya sepi malah tambah rame antriannya...terpaksa hampir 2jam diriku mengantri untuk dapat tiket ke Malang. Selesai dapat tiket kami lanjut keliling kota, hujan menghentikan langkah kami, kami berteduh disebuah warung kopi sambil menunggu hujan reda dan menikmati nikmatnya kopi. Hujan sudah mulai malas membasahi bumi juga akhirnya, awal rasa rada malas juga memasuki taman kota karena habis hujan...setelah menuju tengah taman, terdapat tugu besar kokoh dan berkesan angkuh serta tegas menjulang, dikelilingi air mancur yang semakin menguatkan aura monument tersebut supaya didatangi banyak orang, dipuncak monument terdapat patung garuda yang kokoh dan mengepakkan sayapnya seolah ingin mengatakan, akulah simbol Indonesia...beberapa hiasan air mancur juga terdapat dibeberapa penjuru taman, rumah burung dara juga menghiasi tengah taman, dan para pengunjung bisa memberikan makan burung untuk sekedar menikmati keanggunan burung dara tersebut. Beberapa anak kecil berputar mengelilingi taman sambil memainkan skuter mini sepeda mereka, yang tak kalah menarik adalah, ditaman tersebut juga terdapat batu pijat, yaitu jalan yang disusun dengan batu menonjol licin dan halus sehingga serasa memijat telapak kaki.
Hujan mulai mengganggu kesenangan kami, kami pun lari meninggalkan taman kota untuk mencari tempat berteduh, untung terdapat bangunan yang dirasa begitu ramah mau menerima semua orang yang ingin menumpang berteduh, celingak-celinguk kami memperhatikan sekitar bangunan tersebut, ada gerombolan pemuda dan pemudi seperti sedang sibuk berkumpul mendiskusikan sesuatu, aura literat terpancar di diri mereka, rasanya menyenangkan juga melihat para muda-mudi terpelajar berkumpul mendiskusikan sesuatu.
Baru sadar, ternyata bangunan yang kami gunakan untuk berteduh ini merupakan perpustakaan umum daerah. Mumpung ditempat ini kuberanikan diriku melangkah masuk untuk baca-baca sebentar sambil menunggu hujan lelah menyirami dan mendinginkan suhu bumi. "Permisi, boleh kami masuk dan sekedar baca-baca?" Tanyaku kepada para petugas perpusda tersebut. "Silahkan mas, tempat ini memang untuk umum og" jawab hangat dari embak-embak dan ibu-ibu petugas perpusda begitu ramah. Kuperhatikan beberapa buku yang menjadi koleksi perpusda tersebut, lumayan juga, namun terlalu banyak koleksi buku science, tapi salut juga buat warga setempat, budaya membaca mulai diminati dan digalakkan di kota tersebut.
Dirasa sudah cukup waktu dan mulai agak mengering siraman air hujan, kami putuskan untuk kembali, karena waktu sudah berganti wajah menjadi muram malam.

RECO SEWU, POPOH dan GUA LOWO




Wajah malam sudah berganti dengan senyum pagi yang agak sedikit masam diselimuti mendhung pada hari ketiga di Tulung Agung. kubangun kan diriku dari pelukan tempat tidur yang sudah mendekapku sepanjang malam...kulangkahkan kaki ku menuju teras rumah..masih tersisa rasa kantuk di diriku...tapi kupaksakan juga "ndak enak juga rasanya kalau malas bangun di rumah oranglain" batinku..kulihat geliat kehidupan warga yang lalu lalang untuk menuju tempat aktivitas mereka, begitu sibuk dan ramai juga untuk ukuran daerah yang ada disebelah pinggiran kota..tapi semangat untuk memburu rupiah mereka begitu hebat. "ayo sarapan dulu" sapa ibu Min kepada ku.."njih bu" jawabku...tak lama setelah ibu pemilik rumah menyuruhku sarapan, giliran temanku juga ikutan sibuk menyuruhku sarapan..saat waktu mulai siang, tak tampak juga matahari menampakkan sinarnya, suasana sejuk masih tersaji seperti pagi hari, setelah melakukan beberapa aktivitas, kami putuskan juga untuk pergi ke area dan pantai Reco Sewu, perjalanan lembab dan licin mengiringi perjalanan kami, yaa..karena memang saat itu masih mendung dan sedikit diguyur gerimis lembut yang tanpa ragu menyirami perjalanan kami, sekitar 30menit kami tiba dilokasi, rada bingung juga karena masih lokasi dan perdana bagiku untuk berada disana, setelah parkir motor kesayangan temanku, kulangkahkan ke tempat yang menggoda mataku untuk menjamahnya, dan benar juga, waow...tempat yang keren dan indah, meski tidak berkesan lama seperti lokasi candi-candi sejarah, tapi tempat ini cukup indah untuk dinikmati, deretan reco (Arca :red) kecil penjaga menghiasi area yang bisa saya bilang area pertamanan, mungkin karena jumlah nya yang banyak ini maka mendapat sebutan reco sewu, arca kecil-kecil ini mendampingi satu buah arca utama (yang paling besar) dan 3 arca pendamping, semua arca ini mempunyai jenis yang sama yaitu arca penjaga. semua arca terpampang dipelataran bangunan, dibagian bawah terdapat bangunan yang menurut fungsinya merupakan tempat istirahat "Nyi Roro Kidul" seorang ratu yang mendiami laut kidul (selatan) bagan jawa...bahkan diseluruh daerah jawa pasti mempunyai dongeng atau legenda ratu ini meski dalam versi yang berbeda.
setelah merasa cukup di pelataran Arca Sewu, teman saya mengajak saya untuk mengunjungi pantai nya...rada kaget juga, karena yang saya pikir reco sewu cuma lokasi pelataran tersebut, tapi ternyata ada juga lokasi pantai nya, langsung saja tanpa babibu..kulanjutkan ke lokasi pantai tersebut, panorama indah terhampar memanjakan mataku, diselimuti kabut sisa hujan membuat samar pulau yang berada ditengah laut selatan tersebut, suasana indah dan rada religius juga terasa menyelimuti saat itu, terdapat dua pendopo, yang satu seperti memang sengaja dibuat untuk bersemedi, dan dibelakangnya digunakan untuk melarung abu mayat...sedangkan pendopo satunya seperti digunakan untuk berkumpul melaksanakan ritual lainnya, karang-karang dipinggir laut yang curam begitu kokoh menjaga dari gempuran ombak, suara menderam gempuran ombak terdengar begitu lantang seperti genderang yang menyerukan peperangan. meski tidak terdapat pantai di pinggir laut yang bisa dipakai untuk berjalan-jalan, tapi pemandangan karang serta air laut yang jernih dan hijau mampu menghipnotis mata saya untuk tetap menikmati pemandangan yang dilukis oleh sang pencipta ini.
perjalanan kami lanjutkan ke pantai Popoh, meski sebelumnya kami sempat ragu apakah mau kesana atau tidak, karena jalanan yang licin dan menurut teman saya penduduknya yang kurang ramah terhadap pengunjung...tapi kami putuskan juga untuk kesana...nanggung katanya..dah terlanjur kesini..tapi tidak bertahan lama juga kami disana, karena menurut saya memang rada standar untuk ukuran wisata pantai..tapi cukup pantas untuk dikunjungi dan menjadi salah satu rute yang wajib didatangi ketika berkunjung ke Tulung Agung.
Kami lanjutkan perjalanan kami ke Gua Lowo, yang berjarak sangat jauh dari kedua lokasi yang sudah saya ceritakan diatas. menempuh jarak kurang lebih 25Km untuk sampai ke lokasi tersebut, dengan diselingi hujan yang sering datang menghadang perjalanan kami, jalan yang musti kami lalaui pun rada tidak mulus, karena beberapa tempat terdapat jalan berlubang dan tergenangi air, sehingga kami harus pelan-pelan kalau tidak mau terkena cipratan air kubangan tersebut baik oleh kendaraan kami, serta kendaraan orang-orang yang ikut lalu lalang dijalan yang kami lalui.
pemandangan hijau dan sejuk tetap setia mendampingi perjalanan kami, panorama pegunungan yang hijau dan menjulang seperti pegunungan di China dan Korea yang saya sebut sebagai puncak Shifu terus mengiringi kami, jadi perjalanan pun tidak merasa membosankan buat saya.
Tiba dilokasi, ehmmmm...suasana tampak sepi pengunjung, tapi saya maklum, karena hari itu memang bukan hari libur, dan seperti kebanyakan tempat wisata, kalau tidak bertepatan dengan hari libur pasti sepi pengunjung..setelah membayar tiket pengunjung, kami masuk ke kawasan...dengan menyeberangi jembatan, pemandangan sungai dengan bebatuan dan deras nya air serta suasana dingin serta lembab, karena memang habis hujan menyelimuti lokasi tersebut, diseberang sungai kami sudah disambut patung Sri Ratu Lowo yang dengan tinggi berdiri menyambut para pengunjung, seakan mengisyaratkan kepada para pengunjung ucapan selamat datang, serta teguran untuk tetap menjaga kebersihan dan kesopanan selama dalam lokasi, seolah berkata "Nikmati kunjungan  anda dengan ramah dan sopan serta jaga selalu kebersihan".
lebih masuk lagi ke lokasi..taman bermain bagi anak-anak tertata rapi dan luas...para pedagang makanan dan minuman juga berderet rapi disepanjang taman bermain yang harus dilalui terlebih dahulu untuk sampai ke lokasi Gua. disepanjang jalan terdapat beberapa patung prajurit Lowo yang membawa senjata, seakan mengisyaratkan kepada kami kalau dia terus mengawasi kami selama di lokasi, jadi jagalah selalu kesopanan, tata krama dan kebersihan.
sebelum masuk ke lokasi Gua...kami dihadapkan pada sebuah terowongan lumayan panjang..sekitar 50m..."waahhh..seperti shooting film saja" bisik ku. setelah melewati terowongan kami harus menuruni tangga, karena memang lokasi gua agak menurun dari tanah..lewati jembatan kecil yang disebelah kanan serta kirinya dibangun tempat duduk pada mulut Gua. gemericik air sungai bawah tanah yang deras mengisi suara, karena memang hari itu pada saat hujan, jadi memang air sungai menjadi sangat deras, baru memasuki 3meter dari mulut gua, pemandangan stalagtit dan stalagmit yang megah sudah membuat saya berdecak kagum, percikan air yang mengalir kecil dari atap gua membuat suasana semakin dingin dan lembab, air pun mengalir dengan tenang dan teratur patuh kepada titah Tuhan semesta alam ini, "Allahu Akbar" decak kagum dan kerdil nya jiwa ini mengagumi mahakarya Tuhan semesta alam ini, tiada satupun karya manusia di dunia ini yang mampu menyaingi dan mengalahkan karya Tuhan ku kalau dia sudah berkehendak...pikirku cuman sampai disitu jarak masuk ke gua tersebut, akan tetapi masih dalam dan indah perjalanan yang harus kami lakukan untuk menikmati karya Tuhan tersebut, hampir kurang lebih 500meter kalau menurutku untuk menikmati pemandangan gua tersebut, dengan keindahan semakin dalam semakin membuat decak kagum bagi para pengunjung.
sebuah fenomena alam yang sangat indah dan mengagumkan, akan tetapi sering dikotori oleh para manusia labil yang kurang menghargai keindahan dengan menuliskan kata-kata serta nama yang kurang pantas dan pas untuk dibaca, dan lebih lagi hal itu banyak dilakukan oleh kalangan pelajar yang seharusnya lebih bisa memahami arti keindahan karena mereka terpelajar dan pikiran mereka terisi oleh ilmu pengetahuan dan sopan santun, mereka seharusnya sudah tidak layak lagi disebut sebagai kaum barbar yang mengutamakan kekerasan dan dominasi otot dalam mengekspresikan jiwa seni mereka.
kalau dinas pariwisata setempat mau lebih fokus dalam pembenahan sarana transportasi ke lokasi dan pembenahan tata lampu dalam Gua, wahhh...bisa dipastikan tidak ada satupun wisata alam Gua yang akan mampu mengalahkannya, dan seandainya dinas pariwisata mau dengan sungguh-sungguh mengiklankan berbagai objek wisata alam di negeri ini, saya yakin dengan seyakin-yakinnya kemakmuran rakyat negeri ini pasti akan terdongkrak dan terjamin. Tuhan telah berikan alam yang indah serta mengagumkan kepada negeri ini, akan tetapi kenapa masyarakat serta pemerintah malah seperti acuh, tidak perlu pergi ke China, Singapura serta Korea kalau ingin menikmati wisata alam, Indonesia jauh lebih indah dan alami dibanding negara-negara tersebut. cuman satu yang tidak dimiliki negara ini, Pemimpin yang takut sama Tuhan serta panutan yang mampu memberikan jiwa disiplin kepada warga nya.

lumayan capek tapi sangat berharga dan berkesan saat perjalanan saya ke lokasi Gua tersebut, dirasa sudah mendekati sore, kami keluar, karena lokasi memang ditutup pada pukul 16.00WIB untuk menghindari pengunjung yang mempunyai niat tidak sopan..sampai diluar mulut gua, langkah kami dihentikan oleh hujan...seolah-olah belum memperbolehkan kami untuk meninggalkan lokasi, untung saja terdapat beberapa tempat berteduh semacam gazebo, jadi kami bisa berteduh disana dan menunggu hujan berhenti dari menggoda kami untuk pulang.

MALAM TERAKHIR di TULUNG AGUNG
Hari terakhir perjalananku menikmati suasana kota Tulung Agung datang juga, seharian saya diajak keliling kawasan kota pengrajin marmer tersebut, mulai dari pagi melakukan ritual harian yaitu ngopi bareng di tempat Mbah Poer bersama para pemuda dilingkungan tempat tersebut, mengunjungi bengkel marmer tempat nya Rio, kemudian nongkrong di Tlagi Ngisor yang dekat dengan rumah Erlam, kemudian siang ngumpul lagi ngopi di tempat Mbah Poer, kemudian nongkrong di warung bakso dan mie cuman sekedar ngumpul sambil main kartu, hingga sore memeluk siang kami pamit untuk melakukan ritual bersih diri..sore lepas maghrib pun datang, ritual malam minggu para pemuda yang menurut saya slenge'an tapi asik itu pun berlanjut, yaitu acara berkunjung ke tempat kongkow mereka yang berlokasi tak jauh dari alun-alun kota. daerah pinggiran sungai yang sudah mulai padat dipenuhi para muda-mudi untuk sekedar berkumpul dan bercerita atau bercanda sambil menikmati hidangan kopi dari warung yang berderet begitu banyak disepanjang pinggiran sungai yang oleh warga Tulung Agung disulap menjadi tempat yang asik dan nyaman untuk berkumpul....saya merasa heran sendiri memperhatikan sikap para warga Tulung Agung yang berkesan slenge'an tapi mereka mementingkan ketertiban dan rasa menghargai sebagai sesama pengguna fasilitas umum, mereka pun banyak yang mencintai kebersihan, sehingga taman kota pun terlihat bersih dan nyaman.
selesai ritual minum kopi, acara kami lanjutkan ke lokasi alun-alun kota, yang menurut perasaan rasanya kurang lengkap malam minggu tanpa mengunjungi alun-alun kota. banyak pohon dihias dengan lampu yang terang dan menarik...banyak juga warga muda-serta mudi yang masih berada disana meski malam sudah tidak menunjukkan muda lagi...karena sudah menjelang waktu tidur. setelah beberapa saat kami putuskan untuk kembali ke rumah...rasa lelah tapi senang masih menghinggap di diriku..sambil menunggu pagi menggantikan malam, kurebahkan diriku hingga tidur menghantarkan ku diperaduan mimpi yang entah apa tema serta makna nya.

pagi menjelang, saat nya saya untuk packing dan bersiap untuk pamitan kepada tuan rumah, dan melanjutkan perjalanan saya di daerah jawa bagian timur ini. suatu perjalanan yang tanpa ku rencana, tapi memang Tuhan maha mengasihi hambanya, Dia tunjukkan banyak hal kepadaku, begitu indah nya alam negeri ku, kubayangkan, mungkin akan lebih indah lagi kalau aku bisa berkunjung di pulau-pulau serta daerah lain di negeri ini, tak perlu pergi keluar negeri untuk menikmati indah karya Tuhan ku, karena di negeri ku ini sudah terhampar banyak keindahan, bisa dibilang dua per tiga keindahan bumi ada di negeri ku ini, saya berdoa supaya Tuhan membukan mata hati dan pikiran para petinggi negeri yang memegang amanah rakyat serta amanah Tuhan, supaya mereka tahu kalau mereka mau, negeri ini pun jauh lebih bisa dan mewah daripada negeri tetangga.
pukul 07.00WIB, diriku diantar Erlam sampai stasiun Tulung Agung, pukul 08.40WIB kereta ku yang menuju stasiun Lawang Malang akan berangkat, sambil menunggu kereta berangkat, kami duduk sebentar sambil mengobrol..hingga pukul 08.30WIB aku masuk portal dan berpamitan serta ku ucapkan banyak terima kasih kepada Erlam karena telah menjadi Guide Tour ku selama di Tulung Agung..

Perjalanan kedua ku di Jawa bagian timur dimulai dari Stasiun Tulung Agung........


Spesial Thanks to :
1. Erlang Isdive
2. Warga Tulung Agung
3. Seruni (yang menyuruh saya membuat cerita awut-awutan ini)
4. Semua orang yang berkenan membaca tulisan asal tulis ini...
terima kasih....kita lanjutkan ke perjalanan ke dua (Kota Batu Malang)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar